Bagi warga Jakarta dan
sekitarnya, mendengar nama Puncak -- ini nama daerah wisata dataran tinggi yang
berada di wilayah Kabupaten Bogor -- pasti yang terbayang adalah sebuah
kemacetan yang parah. Tapi anehnya, meski sudah tahu (akan) terkena macet,
sampai saat ini masih saja Puncak didatangi sebagai tujuan berlibur akhir
pekan, terutama para pelancong lokal yang mayoritas ber-plat mobil B.
Bukan hal luar biasa, kalau
setiap akhir pekan -- sejak hari jumat sore -- lalu lintas di jalan bebas
hambatan arah Bogor sudah dipenuhi mobil yang rela antri panjang, sejak pintu
tol Cibubur. Meski tidak seluruhnya, tapi bisa dipastikan sebagian besar dari
kendaraan tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu kawasan Puncak. Volume
kendaraan akan bertambah besar saat memasuki hari sabtu, dan mencapai puncaknya
di hari minggu pagi.
Dipilihnya Puncak sebagai tempat
refreshing akhir pekan, tentu banyak alasan. Tetapi muaranya tetap sama,
suasana alam pegunungan dan udara segar adalah alasan kuat -- utamanya bagi
warga Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi dan sekitarnya, yang memang berdataran
rendah dengan suhu udara yang panas -- untuk melepas penat setelah sepekan
penuh beraktifitas.
Tak ubahnya seperti kota wisata
Batu di Malang, Kaliurang di Yogyakarta, atau Lembang di Bandung, yang menjadi
ikon wisata pegunungan di kota tersebut, kawasan Puncak juga banyak menawarkan
obyek wisata -- mulai dari wisata alam sampai wisata kuliner -- yang semuanya
representasi dari wisata yang diperuntukkan keluarga.
Boleh dikatakan Puncak sangat
memanjakan penggemar wisata kuliner, karena mulai dari warung sampai saung,
restoran sampai cafe, masakan khas sunda sampai nusantara, masakan timur tengah
sampai eropa, semua ada dan buka rata-rata 24 jam. Dan tentu saja, yang menjadi
penunjang utama Puncak, makin menjamurnya cotage, wisma, villa (baik milik
pribadi maupun yang disewakan) sampai hotel berbintang, bertebaran di jalan
utama sampai pelosok perkampungan, di sepanjang jalur Puncak - Cianjur.
Untuk obyek wisata, sebagai
contoh, sebut saja Taman Wisata Matahari dan Taman Safari di Cisarua. Dua obyek
wisata yang tidak berjauhan ini mampu menyedot puluhan ribu pengunjung setiap
pekannya. Kemudian, ada wisata alam Perkebunan Teh Gunung Mas, yang menawarkan kegiatan
outbound dan tea-walk. Juga, kawasan Puncak Pass, yang menawarkan sensasi luar
biasa suhu udara, angin dan kabutnya saat berada di 'puncak ketinggian' kawasan
Puncak ini. Dan jangan lupa pula, Taman Bunga Nusantara di Cipanas, yang
menawarkan koleksi aneka bunga dari seluruh tanah air dengan areal sangat luas.
Tentu, itu baru beberapa contoh saja.
Setidaknya, sedikit paparan
diatas bisa menggambarkan, bahwa tidaklah berlebih kalau Puncak -- sampai saat
ini -- tetap menjadi primadona dan magnet bagi wisatawan lokal untuk datang di
akhir pekan. Kemacetan yang sudah terasa (bahkan kadang-kadang benar-benar)
macet total sejak keluar tol Ciawi, ditambah penerapan lalu lintas buka tutup
pagi dan sore, toh tetap tidak menyurutkan orang untuk datang ke Puncak.
Mungkin -- seperti halnya tradisi
mudik -- bagi sebagian besar para pengunjung, kawasan Puncak layaknya sebuah
kampung halaman. Macet berjam-jam selama perjalanan (seperti) tidak lagi
terasa, begitu sampai di tempat tujuan. Padahal, arus baliknya pun setali tiga
uang, harus rela macet dan nunggu 'jam turun' karena arus buka tutup.
Lagi-lagi ini menunjukkan bahwa
datang ke Puncak bukanlah 'siksaan' dan membuat kapok untuk kembali lagi.
Buktinya, meski sudah pernah ada himbauan untuk menghindari jalur Puncak di
akhir pekan, toh tetap tak ada yang menghiraukan. Hmmm.., jangan-jangan,
termasuk anda juga?
0 komentar:
Posting Komentar