Memasuki minggu ke-3
rubrik ini menyapa anda, ada satu -- dari beberapa yang masuk ke inbox fb saya
-- saran yang cukup unik, karena meminta saya untuk mereview film-film yang
bisa menginspirasi pembaca 'Secangkir Teh' pada khususnya. Karena menurutnya,
film layar lebar yang ada saat ini sangatlah layak untuk menjadi salah satu media
'pembelajaran' dalam kehidupan kita.
Tidak sulit memang.
Saat ini, begitu banyak film yang yang inspiratif, lokal maupun asing, yang
bisa kita ambil hikmah setelah menontonnya. Karena pada dasarnya, sebuah film
dibuat bukan sekedar untuk hiburan semata, pasti ada 'pesan moral' yang ingin
disampaikan. Kalau mau ambil contoh film Indonesia, 'Ainun Habibie' misalnya,
atau -- yang masih tayang saat ini -- 'Surga yang Tak Dirindukan' bisa
dijadikan contoh film nasional yang menguras emosi dan sarat pembelajaran hidup
seperti yang diinginkan tadi.
Cuma, karena yang
'mengajukan usul' setahu saya adalah pegiat OSIS saat SMA dulu -- dan pembaca
rubrik ini mayoritas usia yang selalu 'merindukan' masa-masa jaman remajanya --
maka saya coba memberikan ulasan ringan terhadap film inspiratif yang bergenre
remaja dan sedikit jadul.
Yang pertama, film
tahun 80-an yang dibintangi Rano Karno dan Yessie Gusman. Judulnya 'Gita Cinta
dari SMA'. Meski lebih kental dengan cerita asmara dua remaja SMA, antara Galih
(Rano Karno) yang berasal dari keluarga kebanyakan tapi ulet, pantang menyerah
dan pintar di sekolah, dengan Ratna (Yessie Gusman) yang cantik dan dari
keluarga kaya. Hubungan yang tak direstui, perjodohan Ratna dan perjuangan
Galih untuk menggapai cita-cita, mampu mengaduk emosi dan air mata penonton.
Dan yang membuat film
ini mendapat nilai plus, adalah mampu menginspirasi remaja saat itu untuk
'hidup sederhana' seperti Galih. Yang tadinya pakai sepeda motor, beralih ke
sepeda dayung, supaya bisa (seolah-olah) seperti tokoh Galih. Tentu saja, yang
terpenting adalah semangat pantang menyerah dalam menggapai cita-cita, meski
dari keluarga miskin sekalipun. Film yang diangkat dari cerita bersambung di
majalah Gadis -- karya Eddy D. Iskandar -- ada sekuel lanjutannya, yaitu 'Puspa
Indah Taman Hati'.
Film yang kedua, masih
dengan genre yang sama, adalah 'Ada Apa Dengan Cinta (AADC)' yang dibintangi
Dian Sastro Wardoyo (Cinta) dan Nicolas Saputra (Rangga) di awal tahun 2000-an.
Yang kemudian dibuat versi serial sinetronnya, dengan Ririn Dwi Ariyanti
sebagai Cinta. Sekilas, tak ada yang istimewa, selain cerita dan penggambaran
dunia remaja yang natural, didukung pemainnya yang cantik dan ganteng.
Benar, tetapi
perhatikan penggambaran sosok Cinta dengan seksama. Berlatar belakang keluarga
kaya, cantik, aktif di ekstrakurikuler sekolah, tidak sombong, berpenampilan
sederhana, punya prinsip dan jiwa leadership, dan berpacaran 'sehat' dengan
Rangga (penggambaran lengkap ada dalam versi sinetronnya). Saya yakin, banyak
anak-anak SMA, sepuluh tahun lalu, yang 'bermimpi' menjadi Cinta. Sosok ideal
yang 'mematahkan' paradigma pola hidup hedonisme di kalangan remaja. Sangat
inspiratif!
Sekarang, coba
bandingkan dengan remaja saat ini -- yang seusia Cinta dan masih SMA -- adakah
yang seperti itu? Hampir tidak menemukan, karena remaja sekarang cenderung
santai menikmati dunianya sendiri, apalagi fasilitas dan lingkungan
mendukungnya. Lagi-lagi sebuah pola hidup hedonisme.
Sambil menulis ini,
saya juga membayangkan, adakah jaman SMA saya dulu punya teman yang (kisahnya
mirip-mirip) Galih atau Cinta? Hmmm, ternyata yang hidupnya mirip Galih banyak,
karena saat itu jaman susah & ke sekolah bersepeda semua (tapi tidak ada
yang mendapat pacar secantik Ratna). Yang aktif dan bersahaja seperti Cinta juga
ada (tapi tidak cantik & berbadan jenjang seperti Dian Sastro). Maklumlah,
SMA saya di sebuah kecamatan yang terpencil, hehehe....
0 komentar:
Posting Komentar